Setelah punya dua anak, saya dan suami memang merencanakan untuk mejaga jarak antara anak kedua dan ketiga. Niatnya sih nunggu anak kedua lima tahun baru program punya anak lagi. Tapi sayangnya anak kedua kami hanya berumur tiga puluh sembilan hari. Akhirnya kami sekarang pasrah saja. Entah itu mau dikasih anak atau gak dalam waktu dekat ini.
Gak dipungkiri saya merasa sangat kehilangan. Saya kepengen menimang bayi kecil lagi. Aisyah kini udah gak bisa ditimang-timang, yang ada emaknya gempor. Soalnya Aisyah udah besar dan berat. Cuma mertua saya aja yang masih suka gendong Aisyah. Itu pun sebenarnya maksa-maksa karena sangking senengnya punya cucu perempuan. Padahal kalau habis gendong pinggangnya sakit semua.
Saya sempat diceramahi oleh banyak orang untuk gak punya anak dulu. Saya disuruh ikutan KB padahal saya gak suka dengan KB. Gak satu pun dari jenis KB yang gak bikin saya ngeri. Bahkan KB dengan pil sekali pun saya gak berani. Saya ini memang tipenya gak suka minum obat jadi gak bakal keminum itu pil KB.
Bagi saya KB itu sekedar menjaga jarak antara anak satu dan lainnya. Bukan membatasi jumlah anak seperti yang sering digembar-gemborkan. Katanya dua anak cukup. Padahal aslinya, punya dua anak itu rugi. Seenggaknya punya lebih dari dua tapi dengan catatan sang ibu memiliki kondisi tubuh yang baik.
Saya dan suami memilih untuk KB sendiri saja meski dengan resiko kebobolan. Tapi buat kami gak masalah, karena kami baru mengurusi satu anak saja. Kami memang berencana punya anak banyak tapi gak sekedar banyak. Anak-anak kami juga harus berkualitas. Lebih baik punya anak tiga atau empat yang berkualitas dari pada lebih dari itu tapi gak terdidik dengan baik.
Dulu saat hamil Hafshoh, kami memang berencana menjadikan mereka berdua partner menghafal Al-Quran. Saya tahu, menghafalkan Al-Quran bukan perkara mudah. Kadang jenuh tapi kadang bersemangat. Saya merasa kalau punya partner menghafal Al-Quran akan lebih seru apalagi bagi anak kecil. Tapi sayangnya semua itu sekedar rencana.
Terkadang saya sebel dengan perkataan orang jangan hamil dulu. Masalahnya perkara hamil gak hamil bukan kita yang nentuin. Mau kita berusaha tiap hari pun kalau belum waktunya hamil ya gak hamil. Kakak saya pun baru punya anak setelah setahun menikah padahal gak ikut KB. Bahkan mereka berdua memang kepengen cepet punya anak. Tapi memang belum saatnya jadi ya belum dikasih. Ada orang yang KB IUD tapi malah hamil dan parahnya alat KBnya itu ternyata tertananm pada kepala sang janin. Akhirnya janinnya digugurkan karena resikonya sangat besar.
Hafshoh dan Aisyah |
Saya sempat diceramahi oleh banyak orang untuk gak punya anak dulu. Saya disuruh ikutan KB padahal saya gak suka dengan KB. Gak satu pun dari jenis KB yang gak bikin saya ngeri. Bahkan KB dengan pil sekali pun saya gak berani. Saya ini memang tipenya gak suka minum obat jadi gak bakal keminum itu pil KB.
Bagi saya KB itu sekedar menjaga jarak antara anak satu dan lainnya. Bukan membatasi jumlah anak seperti yang sering digembar-gemborkan. Katanya dua anak cukup. Padahal aslinya, punya dua anak itu rugi. Seenggaknya punya lebih dari dua tapi dengan catatan sang ibu memiliki kondisi tubuh yang baik.
Saya dan suami memilih untuk KB sendiri saja meski dengan resiko kebobolan. Tapi buat kami gak masalah, karena kami baru mengurusi satu anak saja. Kami memang berencana punya anak banyak tapi gak sekedar banyak. Anak-anak kami juga harus berkualitas. Lebih baik punya anak tiga atau empat yang berkualitas dari pada lebih dari itu tapi gak terdidik dengan baik.
Dulu saat hamil Hafshoh, kami memang berencana menjadikan mereka berdua partner menghafal Al-Quran. Saya tahu, menghafalkan Al-Quran bukan perkara mudah. Kadang jenuh tapi kadang bersemangat. Saya merasa kalau punya partner menghafal Al-Quran akan lebih seru apalagi bagi anak kecil. Tapi sayangnya semua itu sekedar rencana.
Terkadang saya sebel dengan perkataan orang jangan hamil dulu. Masalahnya perkara hamil gak hamil bukan kita yang nentuin. Mau kita berusaha tiap hari pun kalau belum waktunya hamil ya gak hamil. Kakak saya pun baru punya anak setelah setahun menikah padahal gak ikut KB. Bahkan mereka berdua memang kepengen cepet punya anak. Tapi memang belum saatnya jadi ya belum dikasih. Ada orang yang KB IUD tapi malah hamil dan parahnya alat KBnya itu ternyata tertananm pada kepala sang janin. Akhirnya janinnya digugurkan karena resikonya sangat besar.
anak itu rezeki ya, en. ada temen yang lima tahun baru hamil, itu pun lewat program hamil yang gagal berkali-kali sampai akhirnya pasrah. semoga segera digantikan dengan yang lebih baik. :)
BalasHapusamin, makasih
Hapusanak rezeki memang ya bu..teman yang seangkatan married lama gak ada anak,s ekali2nya punya anak lgs kembar ..ada juga yang teman seumuran lainnya yang baru menikah dikasih anak tiap tahun walau usia sudah gak muda tapi dikasih normal dan lancar serta sehat..
BalasHapusiya, tiap orang beda2 disyukuri aja yg ada :)
Hapusaku takut pakai KB yang di pakai di badan, juga gak mau yang harus masuk ketubu melalui pil dll
BalasHapusiya mba, KB ada efeknya dan gak semua orang tahu
Hapus*pelukkkkk
BalasHapus*pelukbalik :)
HapusAku juga nggak KB mak. Dan sama, takut juga >.< Apalagi yg IUD. Bayanginnya aja aku serem duluan. Peluuk,
BalasHapusAku gak kb juga....
BalasHapus