Terkadang sebagai manusia kita sering gak mau mengakui kesalahan sendiri. Pengennya dianggap benar terus. Mengakui kesalahan sendiri memang bukan hal mudah. Maka dari itu sikap ini perlu ditanamkan sejak kecil. Jika anak terbiasa mengakui dan menyadari kesalahannya tanpa menyalahkan orang lain, insyaAlloh besarnya gak bakal jadi orang yang suka menyalahkan orang lain.
Menamankan sikap seperti ini harus dimulai dari orang tua. Saya sadar, bahwa sekecil apa pun yang saya lakukan di sekitar Aisyah, secara gak langsung diserap. Ketika melihat orang di sekitarnya menyalahkan benda mati ketika dia terjatuh kadang bikin meringis. Padahal saya sudah sangat berhati-hati agar gak menyalahkan benda apa pun yang membuatnya terjatuh.
Saya lebih suka menanyakan keadaannya ketika dia terjatuh. Barulah diberi tahu kalau dia terjatuh karena kesalahannya sendiri. Lalu diberi nasihat supaya berhati-hati lain kali. Kelihatannya mungkin sepele yah. Tapi kalau terus dibiasakan menyalahkan benda mati saat terjatuh, dia bisa jadi orang yang suka menyalahkan keadaan sekitar. Padahal kita gak bisa mengontrol keadaan di luar diri kita. Harusnya kita mengontrol diri sendiri.
Saya memang belum lama menjadi seorang ibu. Tapi saya mengamati lingkungan di mana saya hidup. Saya juga mengamati cerita-cerita dari orang-orang tua saat mereka mengasuh anaknya dulu. Dan melihat realita anaknya yang sekarang sudah besar. Dari sana kita bisa menyimpulkan beberapa hal.
Anak yang dimanja justru cenderung kurang ajar terhadap orang tua. Padahal orang tuanya dulu memanjakan mereka agar mereka juga menyayangi orang tuanya. Tapi yang ada realitanya berbeda jauh. Kemudian, orang tua yang sering menyalahkan orang lain saat anaknya berbuat kesalahan mengakibatkan sang anak gak mau mengakui kesalahannya.
Menulis entri ini bukan berarti saya gak pernah menyalahkan orang lain. Justru saya adalah salah satu contoh orang yang suka menyalahkan orang lain. Tapi lambat laun saya berusaha merubah sikap tersebut. Sebenarnya menyalahkan orang lain itu juga gak enak. Lebih baik mengakuinya meski pun pahit. Kalau pun gak mau mengakuinya ya jangan nyalahin orang lain diem aja.
Jujur saja sejak punya anak saya berusaha mengurangi sikap-sikap buruk saya agar kelak anak saya gak meniru keburukan saya. Tapi meski sudah diminimalisir terkadang Aisyah juga meniru hal yang sama. Jadi saya perlu lebih berhati-hati lagi.
Menamankan sikap seperti ini harus dimulai dari orang tua. Saya sadar, bahwa sekecil apa pun yang saya lakukan di sekitar Aisyah, secara gak langsung diserap. Ketika melihat orang di sekitarnya menyalahkan benda mati ketika dia terjatuh kadang bikin meringis. Padahal saya sudah sangat berhati-hati agar gak menyalahkan benda apa pun yang membuatnya terjatuh.
Saya lebih suka menanyakan keadaannya ketika dia terjatuh. Barulah diberi tahu kalau dia terjatuh karena kesalahannya sendiri. Lalu diberi nasihat supaya berhati-hati lain kali. Kelihatannya mungkin sepele yah. Tapi kalau terus dibiasakan menyalahkan benda mati saat terjatuh, dia bisa jadi orang yang suka menyalahkan keadaan sekitar. Padahal kita gak bisa mengontrol keadaan di luar diri kita. Harusnya kita mengontrol diri sendiri.
Saya memang belum lama menjadi seorang ibu. Tapi saya mengamati lingkungan di mana saya hidup. Saya juga mengamati cerita-cerita dari orang-orang tua saat mereka mengasuh anaknya dulu. Dan melihat realita anaknya yang sekarang sudah besar. Dari sana kita bisa menyimpulkan beberapa hal.
Anak yang dimanja justru cenderung kurang ajar terhadap orang tua. Padahal orang tuanya dulu memanjakan mereka agar mereka juga menyayangi orang tuanya. Tapi yang ada realitanya berbeda jauh. Kemudian, orang tua yang sering menyalahkan orang lain saat anaknya berbuat kesalahan mengakibatkan sang anak gak mau mengakui kesalahannya.
Menulis entri ini bukan berarti saya gak pernah menyalahkan orang lain. Justru saya adalah salah satu contoh orang yang suka menyalahkan orang lain. Tapi lambat laun saya berusaha merubah sikap tersebut. Sebenarnya menyalahkan orang lain itu juga gak enak. Lebih baik mengakuinya meski pun pahit. Kalau pun gak mau mengakuinya ya jangan nyalahin orang lain diem aja.
Jujur saja sejak punya anak saya berusaha mengurangi sikap-sikap buruk saya agar kelak anak saya gak meniru keburukan saya. Tapi meski sudah diminimalisir terkadang Aisyah juga meniru hal yang sama. Jadi saya perlu lebih berhati-hati lagi.
bener banget mba..saya mengambil yang baik2 dari sisi didikan orangtua saya dulu dan juga mengamati kerabat yang sudah lebih dulu berkeluarga..
BalasHapusiya sih mbak secara tidak sadar, saya kerap melakukan hal demikian. Sebaiknya lebih menyadari dan meminimalisir kekurangan2 tersebut
BalasHapusiya dulu sering banget lihat orang tua yang kalau anaknya jatuh dari kursi, terus orang tuanya marahin kursinya, dulu sih belom ngerti tapi semenjak punya anak jadi paham
BalasHapusTentu kita tak ingin anak2 mewarisi sifat2 jelek kita. Semoga mereka lebih baik dari kita. Btw ini blognya dikelola bareng suami ya?
BalasHapusSetuju banget. Saya sendiri juga merasakan, dulu waktu kecil kadang merasa iri dengan teman-teman lain yang dimanja orang tuanya, sedangkan saya malah sebaliknya mendapat tugas-tugas untuk membantu orang tua. Tetapi saat ini baru kerasa apa yang dilakukan orang tua saya dulu membentuk mental saya untuk pantang menyerah.
BalasHapussetuju bu...mang banyak orang tua selalu menyalahkan benda2 waktu anaknya jatuh dan sebagainya. Bahkan orang tua biasanya mukul benda tersebut agar anaknya mau diam. Padahal, secara nggak langsung kebiasaan itu ngajari anaknya hal yang nggak bener
BalasHapus