Tiap tahun saat menjelang tangal 25 pasti deh timeline Facebook penuh dengan perdebatan orang-orang yang mengatakan mengucapkan "selamat hari raya" itu boleh atau gak. Masalah ini sudah ada sejak lama, cuma karena ada social media jadi rame aja. Beruntung sih, timeline saya gak sampai isi orang-orang yang misuh-misuh perdebatan ini. Jadi ya gak seberapa mengganggu.
Cuma tetep aja saya kadang kalau baca geli sendiri. Saya merasa lucu pada orang-orang yang bilang kalau yang gak ngucapin Natal ke orang nasrani itu gak toleran. Terus jadi pada dibully deh yang gak ngucapin. Katanya imannya cetek lah atau segala macem. Kadang saya ingin tanya toleransi itu sebenernya yang bagaimana sih? Apa orang yang ngebully sebagaian orang yang berprinsip untuk gak ngucapin "selamat hari raya" itu namanya toleransi?
Saya sendiri termasuk yang gak mengucapkan "selamat hari raya" ke pada siapa pun. Tapi saya juga gak ngebully atau merendahkan siapa pun yang mengucapkan hari raya ke pada orang non muslim. Itu urusan mereka kok mau ngucapin atau gak. Kalau bisa menasehati ya dicoba. Tapi kalau gak terima gak masalah. Kalau ada yang bilang gak ngucapin selamat artinya saya gak toleran justru salah besar.
Toleransi dalam agama Islam bukan dalam bentuk memberi ucapan selamat. Tapi justru membiarkan umat beragama lain menjalankan ibadahnya dengan tenang. Hal ini yang sepertinya orang Islam sendiri kurang paham. Dikirain toleransi itu mengucapkan selamat. Dulu saya juga gak ngerti kenapa kok bisa ucapan seperti itu saja dipermasalahkan. Tapi coba deh baca artikel di Konsultasi Syariah. Mungkin bisa mengubah sudut pandang dan batasan-batasan terhadap makna toleransi beragama.
Pikiran kita gak mungkin disetujui semua orang. Jadi kalau ada yang beda pendapat, itu masalah biasa. Paling penting adalah bagaimana menyikapinya dan tetap menjadi orang yang berprinsip. Saya bukannya mau sok bijak sih. Cuma setelah menikah saya memang merasa jadi orang yang lebih toleran sedikit.
Kalau dulu saya memang kaku banget. Tapi suami saya bukan tipe orang yang kaku, cuma tegas. Jadi saya belajar banyak dari suami. Kalau hidup itu kita gak bisa memaksakan kehendak. Gak mungkin semua orang suka dengan prinsip yang kita pegang. Jadi gak perlu berusaha membuat orang suka dengan prinsip kita. Tapi tetep kita harus berhati-hati dengan orang yang berusaha merusak prinsip kita. Yang kayak gini nih yang harus dilawan.
Cuma tetep aja saya kadang kalau baca geli sendiri. Saya merasa lucu pada orang-orang yang bilang kalau yang gak ngucapin Natal ke orang nasrani itu gak toleran. Terus jadi pada dibully deh yang gak ngucapin. Katanya imannya cetek lah atau segala macem. Kadang saya ingin tanya toleransi itu sebenernya yang bagaimana sih? Apa orang yang ngebully sebagaian orang yang berprinsip untuk gak ngucapin "selamat hari raya" itu namanya toleransi?
Makna Toleransi yang Salah Kaprah
Namanya hidup pasti setiap orang punya pikiran yang berbeda-beda. Dan yang namanya toleransi bukannya saling mengusik prinsip satu sama lain. Saya juga gak suka sih dengan orang-orang yang gak ngucapin selamat dan ngebully orang yang ngucapin selamat. Semuanya salah.Saya sendiri termasuk yang gak mengucapkan "selamat hari raya" ke pada siapa pun. Tapi saya juga gak ngebully atau merendahkan siapa pun yang mengucapkan hari raya ke pada orang non muslim. Itu urusan mereka kok mau ngucapin atau gak. Kalau bisa menasehati ya dicoba. Tapi kalau gak terima gak masalah. Kalau ada yang bilang gak ngucapin selamat artinya saya gak toleran justru salah besar.
Toleransi dalam agama Islam bukan dalam bentuk memberi ucapan selamat. Tapi justru membiarkan umat beragama lain menjalankan ibadahnya dengan tenang. Hal ini yang sepertinya orang Islam sendiri kurang paham. Dikirain toleransi itu mengucapkan selamat. Dulu saya juga gak ngerti kenapa kok bisa ucapan seperti itu saja dipermasalahkan. Tapi coba deh baca artikel di Konsultasi Syariah. Mungkin bisa mengubah sudut pandang dan batasan-batasan terhadap makna toleransi beragama.
Pahamilah Tiap Orang Punya Prinsip yang Berbeda
Semua orang punya pikiran masing-masing. Mau bener atau salah mereka tetap berhak mempertahankan prinsipnya. Kalau kepengen ngebenerin orang yang menurut kita salah pake cara yang benar dan baik. Tapi kalau masih gak bisa dibenerin ya sudah, pokoknya kita berusaha sebisanya.Pikiran kita gak mungkin disetujui semua orang. Jadi kalau ada yang beda pendapat, itu masalah biasa. Paling penting adalah bagaimana menyikapinya dan tetap menjadi orang yang berprinsip. Saya bukannya mau sok bijak sih. Cuma setelah menikah saya memang merasa jadi orang yang lebih toleran sedikit.
Kalau dulu saya memang kaku banget. Tapi suami saya bukan tipe orang yang kaku, cuma tegas. Jadi saya belajar banyak dari suami. Kalau hidup itu kita gak bisa memaksakan kehendak. Gak mungkin semua orang suka dengan prinsip yang kita pegang. Jadi gak perlu berusaha membuat orang suka dengan prinsip kita. Tapi tetep kita harus berhati-hati dengan orang yang berusaha merusak prinsip kita. Yang kayak gini nih yang harus dilawan.
Terkadang, seseorang lebih suka berkomentar daripada melihat diri sendiri.
BalasHapusbener, soalnya lebih mudah komentar dari pada menemukan kekurangan diri sendiri
Hapussetuju mba, hargai prinsip orang lain, jangan merasa paling benar walaupun mungkin benar karena kita tidak bisa menyamaratakan isi kepala orang. makanya saya paling malas komen soal itu kalau ada status di sosmed..
BalasHapusyup bener mba, tapi gak banyak orang mengerti
Hapus